HS Code: Definisi, Fungsi, dan Cara Cek untuk Pebisnis Logistik

HS Code Adalah

Apa itu HS Code?

Bagi pelaku usaha logistik (terutama perusahaan angkutan tronton), HS Code sangat penting dalam proses pengiriman barang antarnegara. HS Code (Harmonized System Code) adalah sistem standar internasional penggolongan barang yang digunakan untuk mengklasifikasikan produk dalam perdagangan global. Sistem ini dikembangkan oleh World Customs Organization (WCO) sehingga semua negara menggunakan kerangka pengkodean yang sama. Dalam praktiknya, setiap komoditas diberi kode unik yang menunjukkan bab, pos, dan sub-pos. Struktur kode HS terdiri dari dua digit bab, dua digit pos (total 4 digit), dan dua digit sub-pos (total 6 digit). HS Code pertama kali diperkenalkan tahun 1988 dan kini digunakan oleh lebih dari 200 negara di dunia. Di Indonesia, kode HS diperluas menjadi delapan digit sesuai Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI). Kode-kode ini menyamakan istilah lintas negara; misalnya, barang bernama “susu” di Indonesia dan “milk” di Inggris tetap diidentifikasi oleh satu kode HS yang sama. Karena itulah HS Code sering disebut “KTP-nya barang” dalam ekspor-impor internasional.

 

Penggunaan HS Code juga memudahkan proses kepabeanan. Tanpa HS Code, akan sulit menentukan tarif bea masuk dan pajak yang harus dikenakan suatu barang. Sebagai contoh, pada tahap pemeriksaan, petugas bea cukai menggunakan kode HS untuk memverifikasi apakah suatu impor memerlukan izin khusus, sertifikasi kesehatan, atau termasuk golongan terlarang. HS Code juga membantu pelaporan statistik perdagangan nasional; setiap barang impor dan ekspor dicatat berdasarkan kode HS sehingga pemerintah dapat menganalisis volume komoditas secara tepat.

 

HS code ini menggunakan teknologi barcode yang dengan metode vertikal atau seperti garis-garis. HS Code ini digunakan untuk identifikasi barang pada Ekspor-Impor sebuah produk. Setiap beberapa Tahun sekali HS code ini juga di perbaharui seiring waktu adanya penambahan atau adanya produk-produk yang baru. Artikel ini sendiri akan membahas tentang HS Code secara mendalam baik dari segi logistik hingga bea masuk untuk sebuah barang.

 

Fungsi HS Code dalam Logistik dan Ekspor-Impor

HS Code memainkan peran vital dalam kelancaran logistik dan perdagangan internasional. Fungsi utamanya antara lain:

  • Klasifikasi Internasional: Menyediakan sistem pengelompokan barang yang sama di seluruh dunia. Klasifikasi ini menyamakan persepsi antarnegara, sehingga istilah berbeda tetap masuk dalam kelompok yang sama.
  • Penentuan Tarif dan Pajak: Setiap kode HS terkait langsung dengan tarif bea masuk dan pajak suatu barang. Dengan kode HS yang tepat, eksportir dapat menghitung bea masuk, PPN, dan PPh sejak awal, menghindari salah klasifikasi yang bisa menunda pengiriman.
  • Regulasi Perdagangan: Menunjukkan aturan atau larangan khusus bagi barang tertentu. Beberapa kode HS mengindikasikan produk yang memerlukan izin impor, sertifikasi (misalnya keamanan atau SNI), atau bahkan barang dilarang.
  • Statistik Perdagangan: Memudahkan pengumpulan dan analisis data ekspor-impor. Dengan kode HS, pemerintah dan perusahaan dapat memantau tren volume dan nilai perdagangan komoditas dengan akurat
  • Standar Global Resmi: Menjadi acuan resmi dalam dokumen ekspor-impor, sehingga format kode seragam antarnegara.

 

Dengan HS Code, eksportir, importir, dan petugas bea cukai berkomunikasi secara jelas tentang jenis barang yang dikirim. Ini sangat penting untuk pengiriman truk angkutan besar seperti tronton hingga trailer, agar komoditas seperti baja, bahan makanan, atau alat berat langsung dikenali dan dikenai tarif yang benar. Tanpa kode HS yang akurat, barang bisa salah kategorisasi dan menimbulkan denda atau penundaan pengiriman.

 

Cara Cek HS Code

Sebelum melakukan ekspor atau impor, pebisnis wajib mengecek kode HS barang. Berikut beberapa cara resmi untuk cek HS Code:

  • Portal INSW (eService): Buka situs Indonesia National Single Window (eservice.insw.go.id), lalu pilih Indonesia NTR > HS Code Information. Masukkan uraian produk dalam Bahasa Indonesia (misal “pakaian” atau “sepatu”). Sistem akan menampilkan kode HS 8-digit yang relevan, lengkap dengan tarif bea masuk, PPN, PPh, dan aturan impor terkait. Portal ini menggunakan fitur INTR (Indonesia National Trade Repository). Dengan fitur tersebut, pengguna dapat melakukan cek HS Code INSW secara praktis berdasarkan uraian produk.

  • Portal INATRade (Kemendag/INTR): Kunjungi situs Kementerian Perdagangan (inatrade.kemendag.go.id) dan pilih menu Layanan > Daftar HSindonesia.go.id. Ketik uraian barang atau nomor HS jika sudah diketahui. Situs INTRade ini menampilkan kode HS sesuai BTBMI. Dari hasil pencarian, pelaku usaha dapat menemukan kode HS yang tepat berdasarkan deskripsi komoditas (intr HS code).
  • Portal BTKI (Bea Cukai): Direktorat Jenderal Bea Cukai menyediakan aplikasi BTKI (Buku Tarif Kepabeanan Indonesia). Akses website resmi bea cukai, pilih menu BTKI, lalu masukkan deskripsi barang ke kolom pencarian. Daftar kode HS 8-digit beserta tarif dan ketentuan terkait akan muncul.
  • Konsultasi Profesional: Jika masih ragu, hubungi konsultan kepabeanan atau perusahaan logistik berpengalaman. Mereka dapat membantu memastikan kode HS yang benar, terutama untuk barang khusus atau pengiriman gabungan.

 

Dengan mengecek HS Code lewat portal resmi (INSW, INTRade, BTKI) sebelum pengiriman, pebisnis dapat menghindari kesalahan pengisian kode HS pada dokumen. Langkah ini penting untuk mengantisipasi tarif dan persyaratan dokumen kepabeanan. Ingatlah bahwa Indonesia HS Code terdiri dari delapan digit (sistem AHTN), sehingga hasil pencarian portal resmi menampilkan kode delapan angka.

 

HS Code dalam Konteks Logistik Nasional Indonesia

Di Indonesia, HS Code diatur dalam peraturan nasional dan termuat dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI). Sejak 1 Maret 2017, Indonesia menerapkan nomenklatur ASEAN (AHTN) delapan digit untuk HS Code. Artinya, setiap HS Code Indonesia terdiri dari delapan angka. Sistem ini menjamin eksportir Indonesia dan mitra dagang ASEAN menggunakan kode yang sama untuk jenis barang sejenis.

 

Dalam praktik logistik domestik, kode HS wajib dicantumkan pada dokumen kepabeanan (PIB/PEB) dan surat jalan ekspor-impor. Bagi perusahaan truk tronton yang membawa barang ekspor, eksportir mencantumkan kode HS dalam invoice dan surat jalan. Kode ini membantu bea cukai di pelabuhan atau pos pemeriksaan memverifikasi muatan sesuai deklarasi. Misalnya, jika tronton membawa alat berat, penggunaan kode HS pada Bab 84–85 atau Bab 87 memudahkan pihak berwenang mengidentifikasi barang tersebut dengan cepat. Penggunaan kode HS yang tepat juga mempercepat proses pengurusan izin dan pengesahan barang.

 

Pemanfaatan HS Code di dalam negeri juga mendukung berbagai aspek logistik:

  • Pelayanan Kepabeanan Lebih Cepat: Bea Cukai dapat langsung mengenali jenis dan tarif barang berdasarkan kode HS, mempercepat proses clearance.
  • Statistik Perdagangan Nasional: Data impor-ekspor dikumpulkan menurut kode HS, sehingga pemerintah dapat memantau volume dan nilai perdagangan setiap komoditas secara rinci.

  • Integrasi Sistem Logistik: Banyak sistem informasi logistik dan pelacakan barang di Indonesia menggunakan kode HS sebagai referensi, memastikan pihak trucking, pergudangan, dan bea cukai menggunakan klasifikasi yang sama.

 

Dengan demikian, HS Code dalam konteks Indonesia tidak hanya penting untuk urusan kepabeanan, tetapi juga untuk kelancaran operasi logistik domestik. Memahami kode HS dengan benar memastikan pengiriman barang dengan truk tronton hingga tujuan internasional berjalan sesuai regulasi.

 

Contoh Penggunaan HS Code dalam Pengiriman Barang

Berikut contoh penggunaan kode HS untuk beberapa jenis komoditas umum:

  • Baja dan Logam: Komoditas seperti plat baja, batang besi, atau pipa termasuk Bab 72–73. Contohnya, baja batangan untuk keperluan umum (BJKU) memiliki HS Code 7214.99.99. Kode ini dicantumkan pada surat jalan dan invoice, sehingga bea cukai mengetahui tarif impor logam yang sesuai.
  • Makanan dan Pertanian: Buah-buahan, beras, kopi, dan produk makanan olahan berada di Bab 01–24. Misalnya, buah apel segar umumnya dikodekan di sekitar 0808.xxxx. Dengan kode HS yang tepat, petugas bea cukai segera mengetahui jika diperlukan sertifikasi kesehatan (SNI) atau ada pembatasan impor tertentu.
  • Alat Berat dan Mesin: Eskavator, bulldozer, crane, dan mesin berat lainnya termasuk Bab 84–85 (mesin mekanik) atau Bab 87 (kendaraan). Misalnya, eskavator sering masuk kode 8429.52.00. Mencantumkan kode HS ini membantu bea cukai mengenali barang sebagai mesin berat dan menerapkan aturan impor khusus.
  • Barang Lain: Komponen otomotif, elektronik, tekstil, dan kimia punya bab HS masing-masing (misal pakaian jadi di Bab 61–63). Saat eksportir menyertakan kode HS (misal 6109.10.00 untuk kaus rajut), bea cukai langsung mengkategorikan barang tersebut sehingga proses pemeriksaan bisa cepat dilakukan.

 

Dari contoh-contoh di atas terlihat bahwa setiap pengiriman barang melibatkan HS Code. Kode HS dicantumkan dalam dokumen ekspor-impor agar proses bea cukai dan perhitungan pajak dapat dilakukan tanpa hambatan.

 

Mengapa HS Code Penting?

HS code sendiri dasarnya adalah tanda identitas dari sebuah barang untuk internasional 

 

Kesimpulan

HS Code adalah komponen esensial dalam dunia logistik dan perdagangan internasional. Bagi pelaku usaha angkutan tronton dan bisnis logistik, memahami apa itu HS Code serta cara cek HS Code sangat menentukan kelancaran pengiriman barang (seperti baja, makanan, atau alat berat). Dengan memanfaatkan portal resmi (INSW, INATRade, BTKI) untuk cek HS Code, pelaku bisnis dapat memastikan kode yang digunakan sudah sesuai klasifikasi. Penerapan kode HS yang akurat menjamin tarif dan pajak dihitung dengan benar sehingga proses ekspor-impor menjadi lancar. Dalam jangka panjang, kepatuhan terhadap kode HS membangun kepercayaan antara pelaku usaha dan otoritas kepabeanan, serta mencegah risiko denda karena kesalahan klasifikasi.

 

Singkatnya, HS Code berfungsi sebagai “KTP-nya barang” dalam ekspor-impor. Mengetahui kode HS dengan tepat mempercepat proses clearance bea cukai, meminimalkan risiko masalah administrasi, dan memastikan pengiriman barang sampai tujuan dengan efektif serta efisien.

Baca juga artikel yang serupa:

loading...
(you must be logged in to Facebook to see comments).